Mempertahankan Budaya Lewat Secangkir Rempah
Sabtu, 22 September 2018
Tambah Komentar
Rempah-rempah sejatinya dipergunakan dalam makanan dalam jumlah yang kecil, karena memiliki aroma dan rasa yang kuat. Namun, apa jadinya jika komoditas yang diburu bangsa Eropa pada abad ke-15 tersebut disajikan bercampur dengan minuman panas atau dingin?
Bahan-bahan rempah seperti kayu manis, kapulaga, pala, pekak, sereh, kayu secang, jahe, dan cengkih mengeluarkan aroma khas tersendiri saat diseduh. Sementara untuk kayu secang, bisa mengeluarkan warna merah yang mempercantik warna minuman rempah.
Rempah-rempah sendiri, bagi anak-anak muda, memang terdengar tidak asing. Namun pada umumnya, mereka mengenal komoditas tersebut dari minuman jamu, dan bukan perpaduan minuman yang digemari saat ini seperti kopi rempah, teh rempah, atau cokelat rempah.
Menyasar segmentasi anak-anak muda yang haus dengan cita rasa unik, salah satu café atau tempat berkumpulnya anak-anak muda di Kota Malang bernama Kalcer menyajikan rasa unik rempah yang dipadukan dengan minuman kegemaran anak muda saat ini.
Nama Kalcer diserap dari bahasa Inggris, Culture, yang berarti budaya. Pemilik Kalcer, Albertus Prima Karuniargo Oneding menyatakan, pemilihan nama itu didasari keinginannya untuk memperkenalkan bahan-bahan khususnya rempah yang ada di pasar tradisional ke kalangan anak muda.
"Kalcer ini untuk memperkenalkan rempah-rempah, yang bisa saya olah dan diminati anak-anak muda," kata Albertus yang kerap disapa Neding.
Berawal dari banyaknya tempat 'ngopi' di Kota Malang yang sebatas menyajikan kopi arabica maupun robusta, munculah ide untuk menghadirkan minuman bercampur rempah yang menurutnya cocok dengan selera anak muda Kota Malang.
Salah satu minuman yang menjadi andalan di Kalcer adalah kopi rempah. Kopi robusta asal Dampit, Kabupaten Malang yang memang memiliki aroma pahit, kemudian ditambah sereh, kapulaga, dan jahe. Racikan tersebut diseduh air panas, yang akan mengeluarkan aroma unik rempah berpadu dengan kopi. Tidak biasa, namun unik.
Rasa yang keluar dari bahan-bahan tersebut bisa dikatakan segar, dan cocok untuk diminum dengan hawa dingin Kota Malang saat malam hari.
Meski aroma jahe sesungguhnya akan mendominasi, namun racikan kopi rempah itu menjadikan semuanya menjadi satu cita rasa unik khas Indonesia.
Masih memberikan sentuhan rempah, menu unik kedua yang memiliki cita rasa tidak kalah dengan kopi rempah adalah teh rempah. Pada umumnya, penggemar teh akan menyeruput secangkir teh hangat dengan atau tanpa gula, atau bisa ditambah susu.
Namun, dalam sajiannya, teh rempah yang menggunakan teh hitam tersebut dicampur dengan lemon, kapulaga, cengkih, pekak, dan kayu manis. Teh yang memang cocok disatukan dengan lemon, rasanya menjadi lebih berwarna saat ditambahkan rempah-rempah itu.
Rasa asam lemon, berbaur dengan teh yang sedikit pahit, ditutupi oleh rasa cengkih dan pekak yang memiliki rasa manis, menjadikan minuman tersebut seperti resep nenek moyang Indonesia. Minuman ini, juga nikmat saat disajikan dingin menggunakan es.
Sementara bagi pecinta minuman manis, bisa mencicipi cokelat rempah. Bubuk cokelat dipadukan dengan kapulaga, cengkih, dan kayu manis serta bahan lainnya, menjadikan minuman tersebut memiliki rasa unik seperti rasa biskuit cokelat kayu manis.
Perpaduan antara cokelat dan kayu manis menjadikannya cocok untuk diminum ditemani pisang goreng hangat.
Harga yang dipatok untuk secangkir minuman rempah tersebut berkisar antara Rp10.000 hingga Rp15.000 per cangkir. Bagi anak-anak muda Kota Malang yang ingin mencicipi minuman dengan cita rasa unik sambil mengenal budaya Indonesia, bisa mampir ke Jalan Terusan Sulfat Nomor 128 A, Kota Malang.
Sumber : Republika
Belum ada Komentar untuk "Mempertahankan Budaya Lewat Secangkir Rempah"
Posting Komentar